Mengupayakan pendidikan terbaik bagi putra-putri kita merupakan kewajiban orangtua. Keluarga adalah tempat pertama dan utama dalam proses pendidikan anak. Menurut Ki Hajar Dewantara, "mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya." Dalam arti khusus, Langeveld mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh seorang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Pendidikan dalam arti khusus ini menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga, dalam arti tanggung jawab keluarga. Dimana di dalam keluarga tersebut terjadi pemanusiaan anak, penanaman budaya, nilai-nilai yang diharapkan nantinya anak akan menjadi manusia purnawan.
Namun demikian, untuk saat ini proses pendidikan sudah mengalami pergeseran. Sekolah yang tadinya merupakan tempat kedua dalam proses pendidikan, sekarang menjadi tempat pertama. Keluarga bukan lagi menjadi peran utama dalam proses pendidikan anak. Banyak orang tua yang hiruk pikuk mencari sekolah-sekolah "favorit" dengan tujuan agar proses pendewasaan anak dapat berlangsung dengan baik, dengan "berlepas tangan" dan pasrah sepenuhnya kepada sekolah. Banyak sekolah-sekolah "favorit" berdiri dengan berbagai macam keunggulan dan penekanan program yang berbeda-beda. Ada yang menekankan pada prestasi akademik semata, ada yang menekankan pada aspek agama dan budi pekerti, ada yang mengedepankan pada aspek prestasi olah raga dan non akademis, dan lain sebagainya. Dari beberapa program unggulan tersebut banyak orang tua yang berharap bahwa anaknya kelak mampu menjadi salah satu siswa yang unggul di bidang tersebut, namun lupa mempertimbangkan potensi dan minat anak.
Sekolah favorit belum tentu sekolah yang menyenangkan. Banyak kasus siswa di sekolah favorit karena tuntutan akademis yang tinggi menjadi tertekan dan depresi. Bagi siswa tertentu tuntutan akademis menjadi beban tersendiri, yang mana jika ia tidak mampu maka akan menjadi obyek bully bagi teman maupun guru. Hal tersebut akan berdampak buruk bagi psikologi dan rasa percaya diri siswa tersebut. Contoh kasus, dari hasil penelitian di salah satu SMA Favorit di Jawa Timur yang menjadi peringkat 1 di kotanya menunjukkan bahwa siswa yang tidak mengalami depresi hanya 50 orang (19%) dan yang mengalami depresi dijabarkan sebagai berikut, responden yang mengalami depresi ringan sebanyak 99 orang (38%), responden yang mengalami depresi sedang sebanyak 88 orang (34%), dan responden yang mengalami depresi berat sebanyak 23 orang (19%). Jadi bukan jaminan bahwa sekolah favorit adalah sekolah yang menyenangkan bagi siswanya.
Lazuardi Al-Falah yang merupakan sekolah yang mengedepankan kreativitas, berusaha untuk menjadi jawaban atas keresahan tersebut. Melalui pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, siswa diajarkan How to think, bukan What to Think. Sehingga orientasi belajarnya tidak hanya untuk meraih nilai akademik hafalan yang tinggi, tetapi juga berusaha untuk mengembangkan siswanya agar cerdas, beretos kerja tinggi, bermoral dan peduli lingkungan. Selain itu guru dituntut untuk meningkatkan kualitas pengajarannya dengan lebih menitik beratkan pada kemerdekaan anak mencari ilmu pengetahuan sendiri daripada mengejar konten/materi pelajaran. Sehingga Diharapkan dari semua itu akan tercipta lingkungan pendidikan yang nyaman, menyenangkan dan mampu mendorong prestasi siswa.
Harapan kami melalui sekolah menyenangkan ini, siswa tidak lagi merasa malas untuk datang ke sekolah, Karena apa yang ada di sekolah adalah menjadi sesuatu yang dinantikan setiap hari oleh siswa. Selalu ada hal baru yang dapat mereka pelajari dan menjadi inspirasi untuk menghasilkan karya hebat.
Selain itu, untuk melengkapi rasa nyaman siswa dalam belajar, kami juga menghimbau peran serta orang tua dalam mendukung dan memberi lingkungan yang konstruktif kepada siswa-siswi Lazuardi Al-Falah. Kolaborasi sekolah dengan orang tua serta lingkungan di luar sekolah akan menciptakan rasa nyaman, aman dan suka cita bagi siswa dapat terlaksana agar siswa percaya diri dalam meraih apa yang dicita-citakannya.
Penulis
Admin