Ketika kita mendengar kata kebebasan dalam batas, kita mungkin akan melihat konsep ini sebagai sesuatu yang kontradiktif. Dr.Paul Epstein, Education Director for Lifelong Learning. Dr. Paul menjelaskan arti kebebasan dalam batas yang dilakukan di Montessori. Ia mengemukakan bahwa ada beberapa miskonsepsi terhadap yang dinamakan “bebas” dalam belajar.
Bebas bukan berarti membiarkan anak melakukan sesuatu yang disukainya kapanpun dan dimanapun. Bebas adalah sebuah pencapaian dimana seorang anak bisa mengembangkan kompetensinya secara mandiri.
Bayangkan kita ingin bermain ski tapi kita belum pernah sebelumnya bermain ski. Suatu saat kita pergi ke tempat bersalju dan kita mulai memasang sepatu ski. Kita tidak bisa bergerak karena tidak tahu bagaimana melakukannya dengan benar dan apa yang harus dilakukan. Kita menjadi “terbatas”. KIta akan mendapatkan kebebasan ketika kita sudah tahu apa yang harus dilakukan, melatih semua otot untuk melakukannya, dan berlatih berulang-ulang hingga kita mampu melakukannya secara mandiri.
Bebas disini diartikan menjadi bebas memilih. Memilih aktivitas dengan benar, melatih koordinasi tubuh untuk melakukan aktivitas, melatih konsentrasi dalam melakukannya, mempunyai waktu untuk mengulanginya dalam lingkungan pembelajaran yang mendukung, sampai melakukannya secara mandiri. Anak akan belajar untuk melakukan aksi dan berpikir memecahkan masalah. Guru tidak mengarahkan dan memberi instruksi. Guru menjadi observer. Ketika anak sedang bekerja pastikan kita tidak menginterupsinya dengan pertanyaan atau ikut membantu mengerjakan. Anak akan menguasai kompetensi apabila ia diberikan kebebasan untuk melakukan sendiri dan mempunyai waktu yang cukup untuk mengulangi kegiatan.
Bagaimana dengan batasannya? Dalam pendidikan Montessori, bebas diatur dalam batas-batas. Setiap anak bebas melakukan pekerjaannya selama 3 jam. Batasannya adalah mereka harus menghormati diri sendiri, menghormati teman, dan menghormati lingkungan. Setelah mereka selesai dengan pekerjaannya mereka harus merapikan dan menyusunnya kembali ke dalam rak sehingga siap untuk digunakan anak lain. Hanya ada satu aktivitas dari setiap kegiatan sehingga anak harus bergantian jika ingin melakukan aktivitas yang sama. Ketika seorang anak tidak sabar dalam menunggu anak tidak diperbolehkan mendorong atau menyakiti anak lain. Guru akan membantu anak dengan teknik menenangkan diri ketika suasana ini terjadi. Anak hanya diperbolehkan berlari jika diluar ruangan dan tidak boleh menginjak area kerja teman saat mereka sedang melakukan sesuatu. Ini adalah beberapa batasan dalam kelas Montessori.
Modifikasi terhadap lingkungan belajar juga penting. Untuk anak usia dini minimalisir semua benda yang mungkin membahayakan misalnya menutupi colokan listrik, memperbolehkan menggunakan gelas dengan bahan pecah belah namun dengan ukuran kecil, menyediakan tempat cuci piring dan tangan yang terjangkau. Semua dilakukan agar anak bisa bebas mengeksplorasi lingkungan dengan aman.
Sebagai pendidik kita bisa belajar banyak dari pendidikan Montessori meskipun kita tidak melakukan konsepnya di sekolah. Kita belajar bahwa kebebasan dalam belajar menjadi sesuatu yang penting dilakukan agar anak menjadi pembelajar seumur hidup. Beri kesempatan untuk menentukan pilihan, waktu untuk mengasah pola pikir dan mempraktekkan ketrampilan hingga mereka melakukannya secara mandiri. Selamat mencobanya bersama anak di rumah.
Penulis
Irma Nurul Fatimah, S.T.