Anak saya kok enggan ya berbicara dengan saya? Kenapa kini ia semakin menutup diri? Ada banyak pertanyaan berkecamuk di benak orangtua ketika anaknya mulai melakukan aksi mogok bicara. Sebenarnya faktor apa saja yang membuat anak malas berbicara pada orangtua? Thomas Gordon pakar disiplin positif menjelaskan beberapa faktor yang menghalangi komunikasi antara orangtua dan anak.
Memberikan perintah
Memberikan perintah akan menimbulkan kesan bahwa hak anak untuk berpendapat tidak dihargai. Seakan kata-kata dari orangtua adalah harga mati dan mereka tidak diberikan kesempatan untuk mengungkapkan pemikirannya
Mengancam
Mengancam akan menimbulkan kepatuhan anak yang disebabkan akan rasa takut. Anak akan cenderung takut berbuat salah karena ada ancaman.
Terlalu sering menasehati
Terlalu sering dinasehati akan membuat anak merasa dirinya tidak pernah benar. Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri. Dia tidak berani mengungkapkan pendapatnya secara mandiri.
Ceramah, memberikan alasan secara logika
Senada dengan nomor 3, anak tidak suka digurui lewat ceramah. Walaupun yang dikatakan orangtua masuk akal, sangat frustasi bagi seorang anak ketika mereka menganggap dirinya tidak dapat memecahkan masalahnya sendiri
Memuji
Yang dimaksud memuji disini adalah memuji tanpa memberikan alasan lebih lanjut. Misalnya orangtua yang selalu memuji gambar anaknya dengan kata-kata “bagus”. Bagus tanpa ada penjelasan lanjutan. Jika ini dilakukan berulang-ulang maka anak akan menganggap itu hanya jawaban biasa. Bahwa orangtua tidak benar-benar mengapresiasi yang dilakukannya. Padahal orangtua dapat melanjutkan kalimatnya, “bagus sekali! Mama suka pohon apelnya. Besar-besar dan kelihatan lezat ya!”
Memberi label
Berapa banyak dari kita yang senang diberi julukan “si bandel, si usil, atau si bawel?” Apalagi jika ini dilakukan berulang kali. Anak akan mengonsep dirinya sesuai julukannya. Buat mereka tak ada gunanya berbuat baik. Toh tetap dianggap jelek oleh orang tuanya.
Menganalisa
Tanpa tahu duduk permasalahannya orangtua menganalisa kata-kata, prilaku, bahkan teman anak-anak mereka. “Kayaknya kamu sudah mulai nggak mau diatur ya sama mama. Daritadi ditanyain cemberut saja. Jangan-jangan kamu sudah terpengaruh dengan Khansa. Jadi nggak sopan sama orangtua”. Semua dugaan itu bersifat semu. Belum tentu kebenarannya. Sang anak akan merasa dirinya dinilai terus.
Bersimpati
Bersimpati dengan mengatakan “aku tahu perasaanmu”, atau “ aku pernah merasakannya” tidak membuat anak merasa lebih baik. Cukup kita menjadi pendengar yabg baik dan menggunakan teknik active listening sehingga anak menjadi bercerita lebih banyak
Mempertanyakan
Mempertanyakan pendapat anak membuat anak menjadi merasa terus disalahkan. Lama-lama ia akan malas berpendapat. Belajar memahami anak memang bukan perkara gampang. Namun dengan berusaha membuka diri terhadap sesuatu yang baru dan terus belajar orangtua dapat menjalin komunikasi yang lebih baik dengan anak-anak.
Penulis
Admin