Perjalanan kami memahami literasi cukup panjang. Tahun 2014 kami mempunyai jam khusus untuk literasi. Saat itu literasi kami anggap kemampuan baca tulis. Siswa berkunjung ke perpustakaan selama 30 menit membaca. Tahun ajaran berikutnya aktivitas membaca kami kembangkan lagi menjadi 30 menit membaca dan 30 menit menulis. Pada tahun ini kami diliputi kegalauan. Kami memiliki kelas 9 yang diwajibkan membuat Karya Ilmiah. Kemampuan siswa dalam memahami dan menginterpretasikan bacaan ilmiah masih belum sesuai dengan harapan.
Fakta ini membuat kami memikirkan ulang target kegiatan membaca dan menulis sebagai kegiatan literasi. Berpikir ulang apakah pemahaman kami akan pengertian literasi sudah tepat? Kami mulai mencari sumber dari dalam dan luar negri. Akhirnya kami merumuskan dan menempatkan literasi dalam bentuk kemampuan yang diasah melalui pengalaman belajar untuk meningkatkan kecintaan terhadap ilmu, eksplorasi belajar dari lingkungan sekitar dimana siswa mendapatkan ilmu, membuat asosiasi antar bidang ilmu, dan menggunakannya untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan.
Pengalaman belajar dilakukan melalui kegiatan belajar mengajar dan kegiatan kunjungan tematik. Pada rapat awal tahun ajaran setiap guru melakukan curah ide tentang pembelajaran masing-masing. Lalu bersama-sama guru akan membuat satu tema yang dapat didekati dari beberapa pelajaran. Guru membuat daftar kemampuan dan keterampilan apa saja yang dapat tercakup dari kegiatan tersebut. Setelah itu tim guru akan menentukan tempat yang sesuai dengan tema. Kunjungan tematik dilakukan setiap 2-3 bulan sekali dengan pilihan tempat yang dekat atau terjangkau transportasi massal seperti stasiun kereta api, museum, pusat budaya, perpustakaan, kantor pemerintahan, sampai bioskop.
Salah satu contoh kegiatan implementasi literasi budaya, baca tulis, dan numerasi, adalah dengan kegiatan kunjungan ke sebuah museum. Pada pelajaran Bahasa Inggris, guru bidang studi mengambil topik tour guide. Guru menjelaskan bahwa mereka akan pergi ke museum Ciputra di Jakarta. Moda transportasi tercepat apa yang bisa digunakan? Siswa belajar untuk memahami peta dan menggunakan aplikasi Trafi dan dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok di kelas 7 akan mengatur perjalanan dan pembiayaan yang paling efisien untuk mencapai lokasi. Mereka akan menghitung jumlah guru, siswa dan staf yang akan ikut, membaginya dalam kelompok kendaraan dan menghitung keseluruhan biaya yang dibutuhkan hingga sampai ke museum Ciputra. Siswa belajar mengasah literasi visual spatialnya ketika memahami peta di Google maps dan literasi numerasi ketika memperhitungkan biaya dan moda transportasi tercepat.
Setelah sampai di museum siswa dipandu untuk memahami lukisan Hendra Gunawan dari lukisan naturalis ke lukisan modern kemudian diberikan pertanyaan mengenai perbedaan lukisan. Pemandu museum meminta siswa mengamati lebih dekat tentang elemen garis, bentuk, dan warna. Pada sisi ruang pamer yang lain siswa melihat bagian lukisan kontemporer pada era masa kini. Siswa mengamati lukisan dan diperbolehkan bertanya. Membaca keterangan tentang lukisan dan mengamati kembali. Apa yang mereka rasakan ketika melihat lukisan? Elemen apa dalam lukisan yang membuat siswa dapat merasa seperti itu? Apakah interpretasi mereka sama atau berbeda dengan temannya? Siswa membaca teks mengenai periode dimana lukisan itu dibuat, suasana yang melatarbelakangi pelukis menghasilkan karya, dan mengaitkannya ke dalam sejarah pasca kemerdekaan Indonesia. Setelah itu dilakukan tanya jawab dengan pemandu. Kemampuan ini mengasah literasi visual dan budaya. Pengalaman melihat langsung lukisan dan berbicara langsung dengan ahlinya membuat siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih kaya.
Pada pertemuan setelah siswa melakukan kunjungan, siswa membuat tulisan tentang lukisan yang paling disukainya dan penjelasan yang membekas di ingatan mereka. Tahapan selanjutnya pada pelajaran Bahasa Indonesia siswa akan membuat teks deskriptif terkait kunjungan mereka dan di pelajaran Seni Budaya siswa membuat lukisan kontemporer versi mereka sendiri. Dalam kegiatan ini literasi baca tulis dan visualnya berkembang.
Dari kegiatan di atas disimpulkan bahwa mengasah kemampuan literasi tidak harus terfokus ke satu kemampuan literasi secara spesifik seperti baca tulis. Literasi bukan merupakan hasil akhir namun merupakan pembelajaran seumur hidup. Peningkatan literasi di berbagai bidang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menghargai kearifan lokal, bekerja sama dan berkolaborasi dengan banyak pihak untuk menghadapi tantangan di masa depan.
Penulis
Admin